Tuesday, October 22, 2013

KIMIA LINGKUNGAN (PRAKTIKUM KIMIA DASAR)

PERCOBAAN VI
KIMIA LINGKUNGAN


A.      TUJUAN 
Dapat mengenal senyawa – senyawa kimia yang ada disekitar lingkungan beserta sifat-sifatnya.

B.       PRINSIP
Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya basa kuat.
Polimerisasi adalah proses bereaksi molekul monomer bersama dalam reaksi kimia untuk membentuk tiga dimensi jaringan atau rantai polimer.
Denaturasi adalah sebuah proses di mana protein atau asam nukleat kehilangan struktur tersier dan struktur sekunder dengan penerapan beberapa tekanan eksternal atau senyawa,

C.      TEORI  DASAR
Polimer atau kadang-kadang disebut sebagai makromolekul, adalah molekul besar yang dibangun oleh pengulangan kesatuan kimia yang kecil dan sederhana. Kesatuan-kesatuan berulang itu setara dengan monomer, yaitu bahan dasar pembuat polimer (tabel 1). Akibatnya molekul-molekul polimer umumnya mempunyai massa molekul yang sangat besar. Sebagai contoh, polimer poli (feniletena) mempunyai harga rata-rata massa molekul mendekati 300.000. Hal ini yang menyebabkan polimer tinggi memperlihatkan sifat sangat berbeda dari polimer bermassa molekul rendah, sekalipun susunan kedua jenis polimer itu sama.(Malcom steven 2004)
Polimer dikelompokan menjadi 2 (dua) yaitu polimer alami dan polimer sintesis. Polimer alami atau dikenal dengan biopolimer dihasilkan dari sumber daya alam yang dapat diperbaraui,dapat diuraikan dan tidak menghasilkan racun misalnya protein dan karbohidrat. Karbohidrat merupakan polimer tersusun atas asam amino. Asam amino mengandung gugus –NH2 dan –COOH . Keberadaan 2 (dua) gugus ini mempengaruhi sifat asam amino dan protein yang bersangkutan.Sejumlah uji dapat dilakukan untuk mengidentifikasi sifat asam amino. Adapaun polimer lainya sebagai berikut : amilum dalam beras, jagung dan kentang (dari glukosa.) ,   selulosa (dari monomer-monomer glukosa) , dalam kayu,  protein terdapat dalam daging(dari monomer-monomer asam amino) , dan  karet alam diperoleh dari getah atau lateks pohon karet (dari monomer-monomer 2-metil-1,3-butadiena/isoprena). Sedangkan polimer sintetis lebih biasa dikenali sebagai plastik yang merupakan buatan / hasilan dari industi pabrik. Polimer ini dapat berupa polimer organik dan polimer anorganik. Polietelin merupakan salah satu contoh polimer yang tersusun atas CH2=CH2. Polimer ini merupakan polimer organic karena tersusun atas rangka molekular yang tersusun atas atom karbon dengan jumlah yang sangat banyak. Contoh lain adalah nilon ,dakron dan polivinilklorida. Polimer organic umumnyamenjadi getas pada suhu rendah dan rusak pada suhu tinggi , mudah terbakar mengalami swelling dalam pelarut organik . Polimer anorganik misalnya polimer yang tersusun atas rantai silicon – oksigen dengan gugus organik yang terikat pada kerangka di setiap atom silicon .( Eko nopianto 2010) Polimer jenis ini memiliki sifat yang berbeda dengan polimer organik pada umumnya.

Terdapat 2 (dua ) jenis polimerisasi :
1.    Polimerisasi adisi : polimer yang terbentuk melalui reaksi adisi dari berbagai monomer
Yang termasuk ke dalam polimer adisi adalah polistirena (karet ban), polietena (plastik), poliisoprena (karet alam), politetraflouroetena (teflon),PVC,dan poliprepilena (plastik).  

2.    Polimerisasi kondensasi: polimer yang terbentuk karena monomer-monomer saling berikatan dengan melepaskan molekul kecil.
Contoh: pembentukan plastik stirofoam tersusun dari dua monomer berbeda yaitu urea dan metanal. Dua molekul metanal bergabung dengan satu molekul urea menjadi suatu molekul disebut dimer. Dimer-dimer ini selanjutnya berpolimerisasi.

Yang termasuk ke dalam polimer kondensasi adalah bakelit, poliuretan, poliamida, (melamin), poliester (nilon), teteron, dan protein.
Perbedaan antara polimerisasi adisi dan kondensasi adalah bahwa pada polimerisasi kondensasi terjadi pelepasan molekul kecil seperti H2O dan NH3, sedangkan pada polimerisasi adisi tidak terjadi pelepasan molekul.
     (Rino safrizal 2010).

Elektron yang mengelilingi inti atom bermuatan negatif dan proton yang terdapat dalam inti atom bermuatan positif, mengingat muatan yang berlawanan akan saling tarik menarik, maka dua atom yang berdekatan satu sama lainnya akan membentuk ikatan. Atom – atom unsur mempunyai kecenderungan ingin stabil seperti gas mulia terdekat yang memiliki 2 elektron ataupun 8 elektron pada kulit terluar. Untuk mencapai kestabilan itulah maka unsur – unsur di alam saling mengadakan ikatan yang disebut ikatan kimia. Atom satu berikatan dengan atom lain membentuk molekul unsur maupun molekul senyawa. Suatu ikatan dapat terbentuk apabila setelah berikatan, atom – atom menjadi lebih stabil dari sebelumnya, yakni kestabilan dalam susunan elektronnya. Susunan elektron akan stabil apabila kult terluar terisi elektron dengan jumlah 2 atau 8, seperti gas mulia.

Seperti yang diketahui hakikat ikatan kovalen, yaitu ikatan yang terbentuk karena menggunakan pasangan elektron bersama. Namun demikian, kedudukan pasangan elektron milik bersama itu tidak selalu simetris terhadap kedua atom yang berikatan. Pasangan elektron akan lebih dekat ke arah atom yang mempunyai keelektronegatifan lebih besar. Hal ini mengakibatkan polarisasi atau pengutuban ikatan.
Dalam molekul H2 kedudukan pasangan elektron ikatan sudah pasti simetris terhadap kedua atom H. Dalam molekul H2 tersebut, muatan negatif (elektron) tersebar secara homogen. Ikatan seperti itu disebut ikatan kovalen nonpolar. Sedangkan pada HCl, pasangan elektron ikatan tertarik lebih dekat ke atom Cl, karena Cl mempunyai daya tarik elektron lebih besar daripada H. Akibatnya, pada HCl terjadi polarisasi, dimana atom Cl lebih negatif dari atom H. Ikatan seperti itu disebut ikatan kovalen polar. (Deviana , 2012)

Molekul Polar dan Non-polar
Kepolaran molekul ditentukan oleh jenis ikata kovalen dan bentuk molekulnya . Suatu molekul akan bersifat polar jika memenuhi syarat sebagai berikut :
a.       molekul dwiatom yang berbeda jenis sehingga membentuk kutub (dipol) karena adanya perbedaan keelektronegatifan antar kedua atom.
b.      molekul poliatom yang mempunyai bentuk atom yang tidak simetris ,sehingga pusat muatan positif tidak berimpit dengan pusat muatan yang negatif.

Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya basa kuat (misalnya NaOH). Sabun terutama mengandung c12 dan c16 selain itu juga mengandung asam karboksilat.Lemak dan minyak adalah trigliserida, atau triasilgliserol. Kedua istilah ini berarti “trimester (dari)gliserol”. Perbedaan antara suatu lemak dan suatu minyak bersifa sebarang: pada temperature kamar lemak berbentuk padat dan minyak bersifat cair. Sebagian besar gliserida pada hewan adalah berupalemak, sedangkan gliserda dalam tumbuhan cenderung berupa minyak; karena itu biasa terdengarungkapan lemak hewani (lemak babi, lemak sapi) dan minyak nabati (minyak jagung, minyak bungamatahari).Asam karboksilat yang diperoleh dari hidrolisis suatu lemak atau minyak, yang disebut asamlemak, umumnya mempunyai rantai hidrokarbon panjang dan tak bercabang. Lemak dan minyakseringkali diberi nama sebagai derivate asam-asam lemak ini. Misalnya, tristearat dari gliserol diberinama tristearin, dan tripalmitat dari gliserol, disebut tripalmitin. Minyak dan lemak dapat juga diberinama dengan cara yang biasa dipakai untuk penamaan suatu ester: sebagai contoh, gliseril tristearatdan gliseril tripalmitat. Kebanyakan lemak dan minyak yang terdapat dalam alam merupakantrigliserida campuran- artinya, ketiga bagian asam lemak dan gliserida tidaklah sama.Rantai hidrokarbon dalam suatu asam lemak dapat bersifat jenuh atau dapat pula mengandungikatan-ikatan rangkap. Asam lemak yang tersebar paling merata dalam alam, yaitu asam oleat,mengandung satu ikatan rangkap. Asam-asam lemak dengan lebih dari satu ikatan rangkap adalahtidak lazim, terutama dalam minyak nabati; minyak-minyak ini disebut poliunsaturat(polyunsaturated). (Fessenden, 1982) Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah reaksi trigliserida denganalkali (NaOH atau KOH) yang menghasilkan sabun dan gliserin.
Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai produk utama dangliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk samping juga memiliki nilai jual. Sabundengan berat molekul rendah akan lebih mudah larut dan memiliki sruktur sabun yang lebih keras.
 Sabun memiliki kelarutan yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak larut menjadi partikel yang lebihkecil, melainkan larut dalam bentuk ion. Pada proses saponifikasi trigliserida dengan suatu alkali,kedua reaktan tidak mudah tercampur. Reaksi saponifikasi dapat mengkatalis dengan sendirinya padakondisi tertentu dimana pembentukan produk sabun mempengaruhi proses emulsikedua reaktantersebut, menyebabkan suatupercepatan pada kecepatan reaksi.Detergen merupakan penyempurnaan dari sabun dan kelebihannya adalah bisa mengatasi airsadah dan larutan asam, serta harganya lebih murah. Detergen sering disebut dengan istilah detergensintesis yaitu detergen yang dibuat berasal dari bahan-bahan sintesis. (Luis,S. 1994)Ketidakuntungan sabun muncul bila digunakan dalam air sadah, yang mengandung kation-kationlogam tertentu, seperti Ca, Mg, Fe, kation-kation tersebut menyebabkan garam-garam natrium ataukalium dari asam karboksilat yang semula larut menjadi garam-garam karboksilat yang tidak larut.(Sastrohamidjojo, 2005)Sabun memiliki sifat sebagai berikut:a.
 Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi, sehingga akan dihidrolisis parsial oleh air.Karena itu larutan sabun dalam air bersifat basa.b.
 Jika larutan sabun dalam air diaduk, maka akan menghasilkan buih, peristiwa ini tidak terjadipada air sadah. Dalam hal ini sabun dapat menghasilkan buih setelah garam Mg atau Camengendap dalam air. Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini disebabkan proses kimi koloid, sabun (garamnatrium dari asam lemak) digunakan untuk mencuci kotoran yang bersifat polar maupunnonpolar. Molekul sabun memiliki rantai hydrogen CH(CH)₁₆ yang bertindak sebagai ekor yang bersifat hidrofobik (tidak suka air) dan larut dalam zat organic. Sedangkan COONa sebagai kepala yang bertindak sebagai hidrofilik (suka air). (Bairley,AE. 1950)

Denaturasi protein merupakan suatu proses dimana terjadi perubahan atau modifikasi terhadap konformasi protein, lebih tepatnya terjadi pada struktur tersier maupun kuartener dari protein. Pada struktur tersier protein misalnya, terdapat empat jenis interaksi pada rantai samping seperti ikatan hidrogen, jembatan garam, ikatan disulfida, interaksi non polar pada bagian non hidrofobik. Adapun penyebab dari denaturasi protein bisa berbagai macam, antara lain panas, alkohol, asam-basa, maupun logam berat.
Ciri-ciri suatu protein yang mengalami denaturasi bisa dilihat dari berbagai hal. Salah satunya adalah dari perubahan struktur fisiknya, protein yang terdenaturasi biasanya mengalami pembukaan lipatan pada bagian-bagian tertentu. Selain itu, protein yang terdenaturasi akan berkurang kelarutannya. Lapisan molekul yang bagian hidrofobik akan mengalami perubahan posisi dari dalam ke luar, begitupun sebaliknya. Hal ini akan membuat perubahan kelarutan.Selain itu, masing-masing penyebab denaturasi protein juga mengakibatkan ciri denaturasi yang spesifik. Panas, misalnya. Panas dapat mengacaukan ikatan hidrogen dari protein namun tidak akan mengganggu ikatan kovalennya. Hal ini dikarenakan dengan meningkatnya suhu akan membuat energi kinetik molekul bertambah. Bertambahnya energi kinetik molekul akan mengacaukan ikatan-ikatan hidrogen. Dengan naiknya suhu, akan membuat perubahan entalpi sistem naik. Selain itu bentuk protein yang terdenaturasi dan tidak teratur juga sebagai tanda bahwa entropi bertambah. Entropi sendiri merupakan derajat ketidakteraturan, semakin tidak teratur maka entropi akan bertambah. Pemanasan juga dapat mengakibatkan kemampuan protein untuk mengikat air menurun dan menyebabkan terjadinya koagulasi.Selain oleh panas, asam dan basa juga dapat membuat protein terdenaturasi. Seperti telah diketahui bahwa protein dapat membentuk struktur zwitter ion. Protein juga memiliki titik isoelektrik dimana jumlah muatan positif dan muatan negatif pada protein adalah sama. Pada saat itulah, protein dapat terdenaturasi yang ditandai dengan membentuk gumpalan dan larutannya menjadi keruh. Pada saat ini entalpi pelarutannya akan menjadi tinggi, karena jumlah kalor yang dibutuhkan untuk melarutkan sejumlah protein akan bertambah. Mekanismenya adalah penambahan asam dan basa dapat mengacaukan jembatan garam yang terdapat pada protein. Ion positif dan negatif pada garam dapat berganti pasangan dengan ion positif dan negatif dari asam ataupun basa sehingga jembatan garam pada protein yang merupakan salah satu jenis interaksi pada protein, menjadi kacau dan protein dapat dikatakan terdenaturasi.Bentuk protein terdenaturasi yang mengendap ini juga dapat diakibatkan oleh pengaruh logam-logam berat. Dengan adanya logam-logam berat itu akan terbentuk kompleks garam protein-logam. Kompleks inilah yang membuat protein akan sulit untuk larut. Dan sama dengan ketika protein terdenaturasi akibat asam dan basa, entalpi pelarutannya akan naik. Protein bermuatan negatif atau protein dengan pH larutan di atas titik isoelektrik akan diendapkan oleh ion positif atau logam lebih mudah. Sebaliknya, protein bermuatan positif dengan pH larutan di bawah titik isoelektrik membutuhkan ion-ion negatif. Contoh ion-ion positif yang dapat mengendapkan protein misalnya Ag+, Ca2+, Zn2+, Hg2+, Fe2+, Cu2+, dan Pb2+. Dan contoh ion-ion negatif yang dapat mengendapkan protein misalnya ion salisilat, trikloroasetat, piktrat, tanat, dan sulfosalisilat. Namun selain membentuk kompleks garam protein-logam yang sukar larut, logam berat dapat menarik sulfur pada protein sehingga mengganggu ikatan disulfida dalam protein dan menyebabkan protein terdenaturasi pula.
Gangguan pada ikatan disulfida selain disebabkan oleh logam berat juga dapat disebabkan oleh agen-agen pereduksi. Agen pereduksi ini bisa menyebabkan ikatan disulfida putus dan dapat membentuk gugus tiol (-SH) dengan penambahan atom hidrogen. Selain ikatan disulfida, ikatan lain yang apabila terganggu dapat menyebabkan denaturasi protein adalah ikatan hidrogen. Dengan adanya alkohol dapat merusak ikatan hidrogen antar rantai samping dalam struktur tersier suatu protein.Selain itu, alkohol juga dapat mendenaturasi protein. Alkohol seperti kita ketahui umumnya terdapat kadar 70% dan 95%. Alkohol 70% bisa masuk ke dinding sel dan dapat mendenaturasi protein di dalam sel. Sedangkan alkohol 95% mengkoagulasikan protein di luar dinding sel dan mencegah alkohol lain masuk ke dalam sel melalui dinding sel. Sehingga yang digunakan sebagai disinfektan adalah alkohol 70%. Alkohol mendenaturasi protein dengan memutuskan ikatan hidrogen intramolekul pada rantai samping protein. Ikatan hidrogen yang baru dapat terbentuk antara alkohol dan rantai samping protein tersebut.Kehadiran logam-logam berat, asam-basa tertentu, alkohol dan bahan-bahan lain yang dapat memicu terjadinya denaturasi (atau dapat disebut sebagai bahan denaturan) dapat mengganggu kestabilan protein yang pada umumnya berada pada keadaan folded. Keberadaan denaturan yang mengikat pada protein folded tersebut dapat menaikkan entropi dari rantai protein sehingga terjadi reaksi dari bentuk folded menjadi unfolded. Namun sebenarnya perubahan dari keadaan folded menjadi unfolded tidak sepenuhnya diakibatkan keberadaan denaturan. Pada kondisi-kondisi ekstrim tertentu yang tidak bisa ditoleransi oleh protein, maka protein juga akan mengubah dirinya dari keadaan folded ke keadaan unfolded. Keadaan seperti ini berjalan reversibel dengan sangat lambat.Pada keadaan protein terlipat atau folded, bagian yang hidrofilik akan berada di luar sedangkan bagian yang hidrofobik akan berada di bagian dalam. Hal ini memungkinkan protein dapat larut dalam pelarut polar seperti air. Namun saat protein terdenaturasi, terjadi pembalikan posisi menjadi bagian hidrofobik yang berada di luar. Pada saat inilah protein tidak bisa larut dalam air dan berada pada kondisi energi yang tinggi karena air akan berusaha melarutkan bagian yang hidrofobik tersebut padahal karena perbedaan kepolaran air dan bagian hidrofobik itu tidak akan larut. Oleh karena itu protein terdenaturasi akan berusaha segera kembali ke keadaan stabil atau energi rendah kembali. Apabila struktur protein tersebut terlalu kompleks, salah satu jalan untuk membuat kondisi energinya menjadi rendah kembali adalah dengan menggumpalkan dirinya. Dengan konformasi tergumpal, maka seluruh bagian hidrofobik dari protein tidak akan berinteraksi lagi dengan air yang terus berusaha melarutkannya, sehingga dapat dikatakan konformasi seperti ini lebih stabil.Dalam pandangan klasik mengenai dua kondisi pelipatan protein, sebuah protein dikatakan berada dalam kondisi kesetimbangan dinamis antara suatu kondisi terlipat (folded state) yang kompak dengan energi dan entropi rendah serta suatu kondisi entropi tinggi yang secara struktural ditandai dengan konformasi tidak teratur berenergi tinggi yang dikenal juga sebagai kondisi tidak terlipat (unfolded state) Kemudian seperti telah dibahas sebelumnya bahwa proses perubahan dari folded ke unfolded berjalan reversibel namun sangat lambat berarti memungkinkan terjadi proses renaturasi. Proses renaturasi atau pengembalian struktur dari struktur protein terdenaturasi menjadi struktur protein awal bisa saja terjadi. Namun, perlu diingat apabila struktur protein awal terlalu kompleks, maka proses renaturasi atau refolding tersebut akan berlangsung sangat lambat dan sulit. Contohnya seperti pada protein yang terdapat pada telur. Apabila protein tersebut telah terdenaturasi, maka akan sulit untuk mengembalikan ke kondisi naturalnya.

D.      ALAT DAN BAHAN  
1.    Alat – Alat :
a.    Tabung reaksi
b.    Gelas kimia
c.    Pipet
d.   Gelas ukur
2.    Bahan :
a.    Styrofoam
b.    Sabun
c.    CaCl2
d.   Alkohol
e.    Aseton
f.     Etilasetat
g.    Metal etil keton
h.    Lem bening
i.      Boraks
j.      CuSO4
k.    NaOH
l.      HgCl2
m.  HNO3
n.    NaCl


E.       PROSEDUR
1.    Percobaan pertama
Dilakukan pemotongan styrofoam sehingga berbentuk persegi yang berukuran 0,5 cm sebanyak 4(empat) buah. Kemudian dimasukan kedalam tiap – tiap tabung reaksi yang berbeda. Pada tabung pertama dimasukan alkohol, tabung kedua aseton ,tabung ketiga etil asetat dan tabung keempat metal etil keton.Lalu diamati.

2.    Percobaan kedua
Disiapkan gelas kimia plastik lalu dituangkan sejumlah lem bening kedalam gelas kimia plastik tadi. Ditambahkan 5 mL larutan boraks dan diamkan beberapa saat.Dilakukan pengamatan dan simpulkan.




3.    Percobaan ketiga
Disiapkan 5 (lima) buah tabung reaksi bersi lalu diberikan label nama A , B , C , D dan E. Kemudian dimasukan 2 mL larutan putih telur kedalam masing – masing tabung. Pada tabung A ditambahkan 1 mL larutan CuSO4 beserta 5 (lima) tetes larutan NaOH 6M. Dilakukan pengoyangan tabung lalu diamati. Kedalam tabung B ditambahkan 10 (sepuluh) tetes larutan HgCl2 kemudian diamati. Ditambahkan 5 (lima) tetes larutan timbal asetat dan larutan NaOH 6M sebanyak 1mL kedalam tabung berlabel C. Pada tabung D ditambahkan 1 mL HNO3 pekat, kemudian dipanaskan diharapkan untuk berhati-hati dalam pengerjaaannya. Ke dalam tabung E ditambahkan 1 mL NaOH 6M kemudian dipanaskan. Laluditempatkan kertas lakmus basah pada bagian ujung tabung. Diamati perubahaannya dan ciumlah uap yang dihasilkan.Amatilah perubahan-perubahaan yang terjadi dalam kelima tabung.

4.    Percobaan keempat
Disiapkan cawan penguapan kemudian ditambahkan 5 mL NaOH , 5 mL minyak kelapa dan 5mL etanol. Dipanaskan sampai cairan menguan dan padat namun tidak gosong. ditambahkan air secukupnya setelah dingin ditambahkan larutan NaCl jenuh sebanyak 50 mL. Pada pembuatan larutan sabun dilarutkan 30 mL aquadest begitupun pada pembuatan larutan detergen. Disiapkan 3 (tiga) tabung reaksi beri label A , B dan C. Pada tabung A dimasukan 10 mL larutan sabun dengan 1 mL CaCl2 . kedalam tabung B ditambahkan 10 mL larutan detergen dengan 1 mL CaCl2 sedangkan pada tabung C ditambahkan 10 mL air kran dengan 1 mL CaCl2. Kemduian diamati dan disimpulkan.

5.    Percobaan kelima
Disediakan gelas cup styrofoam isi kira – kira dengan air sebanyak ¾ bagiannya. Kemudian ditempatkan diatas kawat kasa. Lalu dibakar menggunakan pembakar lilin atau pembakar spirtus. Amati perubahan yang terjadi. Dilakukan hal yang sama namun styrofoam dalam keadaan kosong (tanpa air). Kemudian diamati dan disimpulkan
F.       HASIL PENGAMATAN
1.    Percobaan pertama
No
Reaksi
Hasil Pengamatan
Styrofoam setelah reaksi
1
Styrofoam + Alkohol
Warna bening
Masih ada
2
Styrofoam + Aseton
Mengkeruh
Mengkerut
3
Styrofoam + Etilasetat
Terdapat gelembung dan larutan bening
Masih ada
4
Styrofoam + Metal etil keton
Larutan
Tidak ada


2.    Percobaan kedua
Reaksi Lem bening + 5mL Asam borak 4%
Hasil pengamatan
Keterangan
Terjadi pengentalan dan menjadi kenyal.


3.    Percobaan ketiga
No
Reaksi
Hasil pengamatan
1
2mL Putih telur + 1mL CuSO4 + 5 tetes NaOH 6M
Setelah ditambah CuSO4 warna menjadi biru muda lalu setelah ditambah NaOH menjadi warna ungu. Terjadi endapan
2
2mL Putih telur + 10 tetes HgCl2
Warna menjadi putih dan terdapat endapan.
3
2mL Putih telur + 5 tets Timbal asetat + 1mL NaOH 6M
Terjadi perubahan warna menjadi kuning dan memadat.
4
2mL Putih telur + 1mL HNO3 dan dipanaskan
Warna menjadi kuning terdapat gelembung dan endapan.
5
2mL Putih telur + 1mL NaOH 6M dan dipanaskan
Setelah dipanaskan warna menjadi biru dan kertas lakmus menjadi warna biru.

Keterangan :



4.    Percobaan keempat
Reaksi 5mL NaOH + 5mL Minyak Kelapa + 5mL Etantol dan dipanaskan membentuk sabun. Dilakukan penyaringan dan pencucian menggunakan aquadest diambil 2 (dua) sendok menggunakan spatel dan dimasukan kedalam tabung A. Pada tabung B dibuat larutan detergen dan tabung C diisi dengan air kran.



No
Reaksi
Hasil pengamatan
1
10 mL Larutan Sabun + 1ml CaCl2
Berbusa dan ketika ditambahkan CaCl2 busa menjadi berkurang agak banyak.
2
10 mL Larutan Detergen + 1ml CaCl2
Berbusa sangat banyak dan ketika ditambahkan CaCl2 busa menjadi berkurang sedikit.
3
10 mL Air kran + 1ml CaCl2
Tidak berbusa

5.    Percobaan kelima
Cup styrofoam kosong menjadi terbakar atau bolong dalam waktu +/- 10 detik sedangkan cup styrofoam yang berisi air terbakar atau bolong dalam waktu kurang lebih satu menit.

G.      PEMBAHASAN           
Dalam praktikum kimia lingkungan yang terdiri dari 5 (lima) percobaan. Pada percobaan pertama yaitu reaksi antara styrofoam berbentuk persegi dengan ukuran 0,5 cm dengan alkohol , aseton , etil asetat , dan metal etil keton yang dilakukan dalam tabung reaksi . pada  reaksi styrofoam dengan alkohol dalam tabung reaksi tidak menyebabkan styrofoam menghilang dan warna pada tabung reaksi terlihat bening. Kemudian pada reaksi styrofoam dengan aseton terjadi pengkerutan pada styrofoam dan pada tabung reaksi terjadi perubahan warna menjadi keruh. Lalu pada percobaan reaksi styrofoam dengan etil asetat terdapat gelembung pada tabung reaksi warna menjadi bening atau tak berwarna dan styrofoam tidak menghilang . Sedangkan pada reaksi styrofoam dengan metal etil keton menyebabkan styrofoam pada tabung reaksi menghilang dengan cepat dan warna menjadi bening atau tak berwarna. Pada percobaan ini dikarenakan pengaruh sifat polar dan non polar pada pelarut. Dimulai pada urutan kepolaraan paling tinggi maka urutannya alkohol , etil asetat , aseton dan metal etil keton. Alkohol bersifat polar , metal etil keton bersifat non polar sedangkan etil asetat dan aseton bersifat semi polar.Hal ini berhubungan dengan ada dan hilangnya styrofoam pada reaksi diatas yang sesuai dengan kaidah like dissolve like yaitu senyawa polar hanya bisa larut pada pelarut polar sedangkan senyawa nonpolar hanya bisa larut pada pelarut nonpolar. Dikarenakan styrofoam yang bersifat non polar maka akan cepat larut pada metal etil keton dan sukar larut pada alkohol. Styrofoam terbuat dari polistirena yang merupakan polimer sintesis yang tersusun atas monomer stirena merupakan hidrokarbon cair yang dibuat secara komersial dari minyak bumi. Pada suhu ruangan, polistirena biasanya bersifat termoplastik padat, dapat mencair pada suhu yang lebih tinggi. Stirena tergolong senyawa aromatik. Pada percobaan kedua reaksi antara lem bening dengan 5 mL asam boraks 4% terjadi pengentalan dan kenyal pada lem bening. Hal ini disebabkan karena adanya senyawa natium tetraborat (Na2B4O7.10H2O) yang merupakan campuran garam mineral dengan konsentrasi yang cukup tinggi. Karena pada asam borkas senyawa aktif yang dapat membentuk ikatan yang sangat kuat yaitu ikatan glikosidik dan ikatan kovalen. Dampak dari boraks memang tidak serta berakibat buruk terhadap kesehatan tetapi boraks akan menumpuk sedikit demi sedikit karena diserap dalam tubuh secara kumulatif. Seringnya mengonsumsi makanan berboraks akan menyebabkan gangguan otak, hati, lemak, dan ginjal. Dalam jumlah banyak, boraks menyebabkan demam, anuria (tidak terbentuknya urin), koma, merangsang sistem saraf pusat, menimbulkan depresi, apatis, sianosis, tekanan darah turun, kerusakan ginjal, pingsan, hingga kematian.Pada percobaan ketiga adalah reaksi putih telur yang tersusun atas protein dan terdiri oleh asam amino. Reaksi yang pertama adalah 2 mL putih telur dengan CuSO4 terjadi perubahaan warna menjadi biru muda ketika ditambahkan 5 (lima) tetes NaOH 6M  sebagian berubah menjadi warna ungu dan warna memisah dan tidak dapat menyatu dan terdapat endapan. Reaksi kedua yaitu 2 mL putih telur ditambahkan 10 (sepuluh) tetes merkuri II klorida HgCl2 terjadi perubahan warna menjadi putih susu dan terdapat endapan. Pada reaksi ketiga yaitu reaksi 2 mL putih telur ditambahkan 5 (lima) tetes larutan timbal dengan 1 mL NaOH 6M terjadi peubahan warna menjadi putih dan terdapat endapan namun lama – kelamaan warna berubah menjadi coklat dan memadat dengan sendirinya. Sedangkan pada reaksi keempat yaitu 2 mL putih telur ditambahkan 1mL HNO3 Asam nitrat pekat dan kemudian dipanaskan terjadi gelembung – gelembung pada tabung reaksi dan telur menjadi matang dan terakhir reaksi kelima yaitu reaksi antara 2 mL putih telur dengan 1 mL NaOH 6M dan diatas tabung ditempatkan kertas lakmus basah kemudian dipanaskan terjadi pemadatan pada tabung dan perubahan pada kertas lakmus yang asalnya berwarna merah menjadi warna biru. Pada reaksi diatas terjadi endapan pada tiap reaksi dikarenakan terjadinya protein yang tersusun atas asam amino yang memiliki ikatan peptida mengalami proses denaturasi. Faktor – faktor denaturasi adalah panas dapat mengacaukan ikatan hidrogen dari protein namun tidak akan mengganggu ikatan kovalennya. Hal ini dikarenakan dengan meningkatnya suhu akan membuat energi kinetik molekul bertambah. Bertambahnya energi kinetik molekul akan mengacaukan ikatan-ikatan hidrogen. Dengan naiknya suhu, akan membuat perubahan entalpi sistem naik. Selain itu bentuk protein yang terdenaturasi dan tidak teratur juga sebagai tanda bahwa entropi bertambah. Entropi sendiri merupakan derajat ketidakteraturan, semakin tidak teratur maka entropi akan bertambah. Pemanasan juga dapat mengakibatkan kemampuan protein untuk mengikat air menurun dan menyebabkan terjadinya koagulasi. Selain oleh panas, asam dan basa juga dapat membuat protein terdenaturasi. Seperti telah diketahui bahwa protein dapat membentuk struktur zwitter ion. Protein juga memiliki titik isoelektrik dimana jumlah muatan positif dan muatan negatif pada protein adalah sama. Pada saat itulah, protein dapat terdenaturasi yang ditandai dengan membentuk gumpalan dan larutannya menjadi keruh. Pada saat ini entalpi pelarutannya akan menjadi tinggi, karena jumlah kalor yang dibutuhkan untuk melarutkan sejumlah protein akan bertambah. Mekanismenya adalah penambahan asam dan basa dapat mengacaukan jembatan garam yang terdapat pada protein. Ion positif dan negatif pada garam dapat berganti pasangan dengan ion positif dan negatif dari asam ataupun basa sehingga jembatan garam pada protein yang merupakan salah satu jenis interaksi pada protein, menjadi kacau dan protein dapat dikatakan terdenaturasi.Bentuk protein terdenaturasi yang mengendap ini juga dapat diakibatkan oleh pengaruh logam-logam berat. Dengan adanya logam-logam berat itu akan terbentuk kompleks garam protein-logam. Kompleks inilah yang membuat protein akan sulit untuk larut. Dan sama dengan ketika protein terdenaturasi akibat asam dan basa, entalpi pelarutannya akan naik. Protein bermuatan negatif atau protein dengan pH larutan di atas titik isoelektrik akan diendapkan oleh ion positif atau logam lebih mudah. Sebaliknya, protein bermuatan positif dengan pH larutan di bawah titik isoelektrik membutuhkan ion-ion negatif. Contoh ion-ion positif yang dapat mengendapkan protein misalnya Ag+, Ca2+, Zn2+, Hg2+, Fe2+, Cu2+, dan Pb2+. Dan contoh ion-ion negatif yang dapat mengendapkan protein misalnya ion salisilat, trikloroasetat, piktrat, tanat, dan sulfosalisilat. Namun selain membentuk kompleks garam protein-logam yang sukar larut, logam berat dapat menarik sulfur pada protein sehingga mengganggu ikatan disulfida dalam protein dan menyebabkan protein terdenaturasi pula.
Gangguan pada ikatan disulfida selain disebabkan oleh logam berat juga dapat disebabkan oleh agen-agen pereduksi. Agen pereduksi ini bisa menyebabkan ikatan disulfida putus dan dapat membentuk gugus tiol (-SH) dengan penambahan atom hidrogen. Pada percobaan keempat setelah pembuatan sabun yang dibuat dari 5 mL NaOH , 5 mL minyak kelapa dan 5 mL etanol yang kemudian dipanaskan dan didapat padatan sabun. Lalu disaring endapan sabun dicuci menggunakan aqua dest sebanyak 3x10 mL tujuan pencucian agar dapa memisahkan pelarut etanol yang tadi bereaksi. Pada percobaan kali ini disiapkan 3 (tiga) buah tabung reaksi yang diberi label A ,B dan C pada tabung A dibuat larutan sabun dari sabun yang telah dibuat tadi sebanyak 10 mL , tabung B dibuat larutan detergen sebanyak 10 mL dan tabung C diisi air kran kemudian tabung dikocok sampai menghasilkan busa dan diperoleh tabung A dan B berbusa sedangkan tabung C tidak berbusa. Lalu ditambahkan 1 mL CaCl2 kedalam tiap tabung dalam hal ini fungsi CaCl2 sebagai pengujia suatu kesadahan pada air. Kemudian pada tabung A yang berbusa setelah ditambah CaCl2 busa berkurang sedangkan pada tabung B busa berkurang namun lebih sedikit dan pada tabung C tidak terjadi apa – apa. Pada percobaan kelima yaitu styrofoam yang dibakar menggunakan pembakar spirtus. Styrofoam kosong yang dibakar lebih cepat dibandingkan dengan styrofoam yang disi dengan air dan dibakar

H.      KESIMPULAN
Terdapat senyawa – senyawa kimia lingkungan yang terbuat dari polimer alami dan polimer sintesis. Pada polimer alami yang terdapat didalam percobaan yaitu karbohidrat pada lem kanji yang tersusun dari glukosa dan protein pada putih telur yang tersusun dari asam amino sedangkan polimer sintesis yaitu yang terdapat pada styrofoam. Pada styrofoam yang tersusun atas polimer polystirene dengan monomernya styrena. Adapun sifat-sifat yang dimiliki dari setiap polimer yaitu polar dan non polar yang memiliki kaidah like dissolve like.
I.         DAFTAR PUSTAKA
1.    Ratna , 2012 “Polimerisai” http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_xi/polimer/ 23 Desember 2012
2.    Eko nopianto ,2010 “ Polimer” http://www.scribd.com/doc/33135441/Polimer-Alami 23 Desember 2012
3.    David , 2009 “Polimer sintesis” http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/12/polimer-sintetis/ 1 Januari 2013
4.    Rino safrizal “ Polimer” http://www.jejaringkimia.web.id/2010/03/polimer.html 1 Januari 2013
5.    Anita handayani,2012 “Boraks” http://anitanet.staff.ipb.ac.id/?tag=bahaya-boraks 4 Januari 2013
7.    Anonim ,2012 “Denaturasi” http://bisakimia.com/2012/11/11/denaturasi-protein/ 4 Januari 2013