PERCOBAAN
IV
ANALISIS KUANTITATIF
(TITRASI ASAM BASA DAN GRAVIMETRI)
A.
TUJUAN
Dapat
menguasai prinsip dan prosedur analisis kuantitatif dengan metode volumetri dan
gravimetri.
B.
PRINSIP
Titrasi asam
basa memiliki prinsip netralisasi dan gravimetri adalah penentuan jumlah zat
atau kadar berdasar penimbangan berat.
C.
TEORI DASAR
Analisis kuantitatif adalah pengolahan data dengan kaidah-kaidah matematik terhadap data angka
atau numeric. Angka dapat merupakan representasi dari suatu kuantita maupun
angka sebagai hasil konversi dari suatu kualita, yakni data kualitatif yang
dikuantifikasikan dalam
hal ini metode analisis bertujuan untuk menetapkan kadar suatu sampel. Ada 2
(dua) contoh teknik analisis kuantitatif yang sering dilakukan adalah volumetri
dan gravimetri,titrasi asam basa merupakan bagian dari analisis volumetri. (Zulfikar 2010)
1. Volumetri
Analisis volumetri
merupakan teknik penetapan jumlah sampel melalui perhitungan volume. Sehingga
dalam teknik alat pengukur volume menjadi bagian terpenting, dalam hal ini
buret adalah alat pengukur volume yang dipergunakan dalam analisis volumetric.
Penetapan sampel dengan analisa volumetri didasari pada hubungan stoikiometri
sederhana dari reaksi-reaksi kimia, seperti dibawah ini cara ini sering disebut
juga dengan titrasi.Untuk proses titrasi zat analit (A) dengan pereaksi (S)
atau larutan standar, mengikuti reaksi :
a A + b S
→ hasil
dimana a adalah
molekul analit (A) yang bereaksi dengan b molekul pereaksi (S) atau larutan
standar.Pereaksi (S), disebut juga dengan titran. Posisi titran atau larutan
standar ada didalam buret, yang selanjutnya kita tambahkan sedikit demi sedikit
ke dalam larutan analit (A) yang ada dalam Erlenmeyer, dengan cara membuka kran
yang ada dalam buret penambahan titran dilakukan sampai jumlah larutan analit
dan titran mencapai titik ekivalen. Secara umum tidak ada jumlah titran
berlebih yang digunakan kecuali pada titrasi balik.
Dalam larutan analit
(A) kita menambahkan zat indikator yang berfungsi untuk menunjukkan bahwa telah
terjadi reaksi sempurna dari analit dengan pereaksi dengan adanya perubahan
warna dari indikator.
Indikator adalah suatu
senyawa organik kompleks merupakan pasangan asam basa konjugasi dalam
konsentrasi yang kecil indikator tidak akan mempengaruhi pH larutan. Indikator
memiliki dua warna yang berbeda ketika dalam bentuk asam dan dalam bentuk
basanya. Dimana bentuk indikator yang terdisosiasi berbeda dengan bentuk yang
tidak terdisosiasi .Bila indikator asam dilambangkan HI dan indikator basa IOH
maka dapat dinyatakan dalam persamaan
HI→
H++I- dimana HI
bentuk tidak terdisosiasi ,H+ sebagai asam dan I- sebagai
bentuk terdisosiasi basa. Adapaun IOH→OH-+I+
dimana IOH bentuk terdisosiasi , OH- basa dan I+
bentuk terdisosiasi asam.
Perubahan warna ini
yang sangat bermanfaat, sehingga dapat dipergunakan sebagai indicator pH dalam
titrasi. Indikator yang sering dipergunakan dalam titrasi disajikan sebagai
berikut :
No
|
Nama Indikator
|
Perubahan Warna
|
Range PH
|
|
Dari
|
Ke
|
|||
1
|
Timol Biru
|
Merah
|
Kuning
|
1,2 – 2,8
|
2
|
2,6 Dinitrofenol
|
Tak berwarna
|
Kuning
|
2,0 – 4,0
|
3
|
Metil kuning
|
Merah
|
Kuning
|
2,9 – 4,0
|
4
|
Bromofenol biru
|
Kuning
|
Biru
|
3,0 – 4,6
|
5
|
Metil jingga
|
Merah
|
Kuning
|
3,1 – 4,4
|
6
|
Bromkresol hijau
|
Kuning
|
Biru
|
3,8 – 5,4
|
7
|
Metil merah
|
Merah
|
Kuning
|
4,2 – 6,2
|
8
|
Lakmus
|
Merah
|
Biru
|
5,0 – 8,0
|
9
|
Metil ungu
|
Ungu
|
Hijau
|
4,8 – 5,4
|
10
|
p-Nitrofenol
|
Tak berwarna
|
Kuning
|
5,6 – 7,6
|
11
|
Bromtimol biru
|
Kuning
|
Biru
|
6,0 – 7,6
|
12
|
Fenol merah
|
Kuning
|
Biru
|
6,8 – 8,4
|
13
|
Fenolftalein
|
Tak berwarna
|
Merah
|
8,0 – 9,6
|
14
|
Timolftalein
|
Tak berwarna
|
Biru
|
9,3 – 10,6
|
15
|
Alizarien kuning R
|
Kuning
|
Violet
|
10,1 – 12,0
|
16
|
1,3,5-Trinitrobenzena
|
Tak berwarna
|
Orange
|
12,0 – 14,0
|
Pada kasus tertentu
dapat digunakan indikator campuran dengan tambahan pewarna tertentu sehingga
menghasilkan perubahaan warna yang kurang cukup jelas.Adapun jenis titrasi asam
basa yaitu :
a. Titrasi
langsung asam kuat oleh basa kuat
b. Titrasi
langsung asam lemah oleh basa kuat
c. Titrasi
langsung basa kuat oleh asam kuat
d. Titrasi
langsung basa lemah oleh basa kuat.
e. Titrasi
kembali umumnya digunakan untuk :
·
Senyawa yang mudah menguap jika dititrasi
langsung (amoniak)
·
Senyawa yang sukar larut (kalsium karbonat).
Cara : senyawa dikocok dengan air ,ditambah pereaksi berlebih,kelebihan
pereaksi dititrasi kembali
·
Senyawa yang hanya bereaksi cepat jika ada
pereaksi berlebih (asam laktat)
·
Senyawa yang membutuhkan pemanasaan ,sedangkan
pereaksi yang digunakan terurai oleh pemanasan.
Pada saat perubahan
warna, maka telah terjadi reaksi sempurna antara analit dengan pereaksi dan
pada kondisi ini terjadi kesetaraan jumlah molekul zat yang bereaksi sesua
dengan persamaan reaksinya. Dari percobaan seperti ini kita dapat informasi
awal, yaitu konsentrasi dan volume dari pereaksi atau larutan standar.
Perhitungan atau
penetapan analit didasari pada keadaan ekivalen dimana ada kesetaraan zat
antara analit dengan pereaksi, sesuai dengan koofisien reaksinya. Kesetaraan
tersebut dapat disederhanakan kedalam persamaan :
N(s).V(s)=N(a).V(a).
Dimana, N(s) :
Normalitas dari larutan standar(titran) , V(s) : Volume dari larutan standar
(titran) , V(a) : Volume yang diketahui , N(a) Normalitas yang akan dicari.
2. Gravimetri
Analisis gravimetri
adalah suatu teknik analitis yang didasarkan pada pengukuran massa. Salah satu
jenis percobaan analisis gravimetrik
melibatkan pembentukan,isolasi,dan penentuan massa suatu
endapan.Prosedur ini umumnya diterapkan pada senyawa ionik. Suatu sampel zat
yang tidak diketahui komposisinya dilarutkan didalam air dan dibiarkan bereaksi
dengan zat lain sehingga membentuk endapan.Endapan tersebut
disaring,dikeringkan, dan ditimbang. Dengan mengetahui massa dan rumus kimia
endapan yang terbentuk ,kita dapat menghitung massa komponen kimia tertentu
(yaitu anion atau kation) dari sampel awal . Dari massa komponen dan sampel
awal,didapat menentukan persen komposisi massa komponen dalam senyawa awal. (Raymond Chang, 2004)
Dalam menentukan
keberhasilan metode gravimetri ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi,
yaitu :
a. Proses
pemisahan hendaknya cukup empurna sehingga kuantitas analit yang tak
terendapkan secara analitis tak dapat dideteksi (biasanya 0,1 mg atau kurang
dalam menentukan penyusunan utama dalam suatu makro)
b. Zat
yang ditimbang hendaknya mempunyai susunan yang pasti dan hendaknya murni,atau
sangat hampir murni. (Day
dan Underwood, 2002)
Hasil reaksi ini
didapatkan berupa sisa bahan suatu gas yang dibentuk dari bahan yang
dianalisa.Dalam cara pengendapan , zat direaksikan dengan menjadi endapan dan
ditimbang. Atas dasar membentuk endapan, maka gravimetri dibedakan menjadi 2
(dua) macam , yaitu : endapan dibentuk dengan reaksi antara zat dengan suatu
pereaksi dan endapan yang dibentuk dengan elektrokimia.
D.
ALAT
DAN BAHAN
1.
Alat
– Alat :
a. Neraca Analitik
b.
Erlenmeyer
c.
Biuret
d.
Statip
e.
Crus proselin
f.
Eksikator
g.
Oven
2.
Bahan :
a. Aquadest
b. HCl(Asam Klorida)
c. NaOH(Natrium Hidroksida)
d. H2C2O4 (Asam Oksalat)
e. Indikator PP
E.
PROSEDUR
1.
Percobaan pertama
titrasi asam basa
a.
Dimasukan 10 mL
Asam oksalat (H2C2O4) ke dalam erlenmeyer
dengan menggunakan pipet volume lalu
ditambahkan 2-3 tetes indikator PP. Kemudian dimasukan (NaOH) Natrium hidroksida
0,1 M ke dalam biuret. Buka kran biuret lalu diteteskan sedikit demi sedikit
(NaOH) Natrium Hidroksida ke dalam Asam Oksalat (H2C2O4)
yang terdapat dalam erlenmeyer. Dihentikan penambahan (NaOH) Natrium Hidroksida
apabila warna larutan pada erlenmeyer berubah dari bening (tak berwarna)
menjadi pink atau merah ungu
b.
Dimasukan 10 mL
Asam klorida (HCl) ke dalam erlenmeyer dengan
menggunakan pipet volume lalu ditambahkan 2-3 tetes indikator PP.
Kemudian dimasukan (NaOH) Natrium hidroksida 0,1 M ke dalam biuret. Buka kran
biuret lalu diteteskan sedikit demi sedikit (NaOH) Natrium Hidroksida ke dalam
Asam Klorida (HCl) yang terdapat dalam erlenmeyer. Dihentikan penambahan (NaOH)
Natrium Hidroksida apabila warna larutan pada erlenmeyer berubah dari bening
(tak berwarna) menjadi pink atau merah ungu.
2.
Percobaan
kedua gravimetri
Dimasukan crus
porselin kedalam oven selama 10 (sepuluh) menit lalu didinginkan pada eksikator
selama 5 (lima) menit. Kemudian ditimbang pada neraca analitik lalu catat lah
berat crus porselin kosong tersebut. Dimasukan kedalam crus porselin kosong
tadi yang sudah dipanaskan itu (BaCl2) Barium klorida seberat 1
(satu) gram dilalkukan penimbangan kembali pada neraca analitik dilakukan
pencatatan berat tersebut. Kemudian dimasukan kembali ke dalam oven selama 10
(sepuluh) menit dan didinginkan pada
eksikator dan ditimbang menggunakan neraca analitik. Dilakukan pengulangan agar
diperoleh berat konstan.
Rumus yang
digunakan :
Berat crus
porselin kosong =
a gram
Berat crus
porselin + BaCl2 x H2O kering = b gram
Berat BaCl2
x H2O Basah =
(b-a) = c gram
Berat crus
porselin + BaCl2 x H2O kering = d gram
Berat BaCl2
x H2O kering =
(d-a) = e gram
Masssa air H2O = (c-e) = f gram
BM x H2O
= 18 g/mol
Massa x H2O = Massa BaCl2 x H2O
|
|
BM x H2O
|
BM BaCl2 x H2O
|
f gram =
c gram
|
|
BM x H2O
|
BM BaCl2 x H2O
|
Ar Ba = 137,34 g/mol
Ar Cl = 35,5 g/mol
Ar BaCl2
= 208,34 g/mol
BM BaCl2 = (BM BaCl2 x H2O)
– Ar BaCl2
= h gram
1 molekul H2O
= 18 g/mol
X = h g/mol : 18 g/mol
= i molekul
F.
HASIL
PENGAMATAN
Hasil
pengamatan kuantitatif
1.
Titrasi asam
basa
a. Titrasi asam oksalat ( H2C2O4)
dengan natrium hidroksida (NaOH)
Titrasi
|
Volume Awal
|
Volume Akhir
|
Volume Pemakaian
|
1
|
0 mL
|
9,5 mL
|
9,5 mL
|
2
|
9,5 mL
|
19,1 mL
|
9,6 mL
|
3
|
19,1 mL
|
28,8 mL
|
9,7 mL
|
Rumus normalitas : V1.N1=V2.N2
·
10,1.0,1 = 9,5 N2
N2=
0,1053 N (1)
·
10,01.0,1 = 9,6 N2
N2
= 0,1042 N (2)
·
10,01.0,1 = 9,7 N2
N2
= 0,2439 N (3)
N H2C2O4 =
(0,1053 + 0,1042 + 0,2439)/3
=
0,2439 N
Hasil
pengamatan titrasi H2C2O4 (asam oksalat) dengan
NaOH (natrium hidroksida)
Keterangan Gambar
|
||
Titrasi ke 1 (satu)
|
Titrasi ke 2 (dua)
|
Titrasi ke 3 (tiga)
|
|
|
|
b.
Titrasi asam
klorida (HCl) dengan natrium hidroksida (NaOH)
Titrasi
|
Volume Awal
|
Volume Akhir
|
Volume Pemakaian
|
1
|
7,6 mL
|
17,3 mL
|
9,7 mL
|
2
|
17,3 mL
|
27,1 mL
|
9,8 mL
|
3
|
27,1 mL
|
36,9 mL
|
8,8 mL
|
Rumus normalitas : V1.N1=V2.N2
·
10,1.0,1 = 9,5
N2
N2=
0,1053 N (1)
·
10,01.0,1 = 9,6 N2
N2
= 0,1042 N (2)
·
10,01.0,1 = 9,7 N2
N2
= 0,2439 N (3)
N H2C2O4 =
(0,1053 + 0,1042 + 0,2439)/3
= 0,2439 N
Hasil pengamatan
titrasi HCl (asam klorida) dengan NaOH (natrium hidroksida)
Keterangan Gambar
|
||
Titrasi ke 1 (satu)
|
Titrasi ke 2 (dua)
|
Titrasi ke 3 (tiga)
|
|
|
|
2.
Gravimetri
Berat crus
porselin kosong =
31,4009 gram
Berat crus
porselin + BaCl2 x H2O kering = 32,4127 gram
Berat BaCl2
x H2O Basah =
(32,4127-31,4009)
= 1,0127 gram
Berat crus
porselin + BaCl2 x H2O kering = 32,3715 gram
Berat BaCl2
x H2O kering =
(32,3715-31,4009)
= 0,9715 gram
Masssa air H2O = (1,0127-0,9715)
= 0,0412 gram
BM x H2O
= 18 g/mol
0,0412 gram =
1,0127 gram
|
|
18
|
BM BaCl2 x H2O
|
BM BaCl2 x
H2O = 442,44 g/mol
Ar Ba = 137,34 g/mol
Ar Cl = 35,5 g/mol
Ar BaCl2
= 208,34 g/mol
BM BaCl2 = (442,44) – 208,34
= 234,1 g/mol
1 molekul H2O
= 18 g/mol
X = 234,4 g/mol : 18 g/mol
= 13,02 molekul
Hasil pengamatan gravimetri
Keterangan Gambar
|
||
Proses dalam oven
|
Proses dalam eksikator
|
Proses penimbangan
|
|
|
|
G.
PEMBAHASAN
Dalam
praktikum analisi kuantitatif yang terdiri dari 2 (dua) percobaan yang terdiri
dari volumetri (titrasi asam basa) dan gravimetri. Pada percobaan volumetri
dilakukan secara kuantitatif yaitu penambahan H2C2O4
(Asam oksalat) dengan normalitas 0,1N sebanyak 10 mL pada erlenmeyer yang
ditambahkan indikator PP,indikator disini adalah sebagai zat penunjuk yang
dapat membedakan larutan asam atau basa sedangkan NaOH (Natrium hidroksida) dimasukan dalam
biuret. Setelah dilakukan penetesan sedikit demi sedikit NaOH (natrium
hidroksida) pada H2C2O4 (Asam oksalat) yang
ada pada erlenmeyer terjadi perubahaan warna pada erlenmeyer yang berawal tidak
berwarna atau bening menjadi pink atau merah ungu hal ini disebabkan indikator
PP yang berfungsi sebagai zat penunjuk dikarenakan terjadinya perubahan PH yang
signifikan pada H2C2O4 (Asam oksalat) .
perubahan ini sesuai dengan prinsip percobaan yaitu terjadi netralisasi karena
pencampuran asam dengan basa menghasilkan garam dengan air. Pada titrasi ini
diperoleh volume akhir 9,5ml pada titrasi pertama , pada titrasi ke 2 (dua)
diperoleh volume 19,1 mL maka volume pemakaian adalah selisih dari volume akhir
kedua dikurangi volume akhir pertama maka didapat volume pemakaian 9,6 mL
sedangkan pada titrasi ke 3 (tiga) diperoleh volume akhir sebanyak 28,8 mL maka
volume pemakaian yang didapat sebanyak 9,7 mL. Dilakukan perhitungan dengan
rumus normalitas V1N1=V2N2 dengan V1
adalah 10mL H2C2O4 (Asam oksalat) dan N1 adalah
0,1 N dan V2 adalah volume pemakaian NaOH pada percobaan tadi dan N2
adalah nilai normalitas NaOH yang dicari. N2 yang diperoleh
setelah perhitungan adalah 0,1053 N , 0,1042 N , dan 0,1031 N . maka didapat
normalitas rata – rata dari jumlah nilai normalitas yang ada dibagi 3 (tiga)
dan didapat 0,2439 N. Dikarenakan NaOH tidak stabil dan mudah terkontaminasi
bila berhubunngan langsung dengan udara terbuka sehingga dapat menghasilkan
senyawa baru yaitu Na2CO3 oleh sebab itu diperlukan
pembakuan terlebih dahulu atau standarisasi begitupun dengan H2C2O4
(Asam oksalat) yang harus terlebih dahulu dibakukan. Percobaan titrasi asam –
basa kedua yaitu dengan merubah zat yang dianalisis dengan 10 mL HCl (asam
klorida) dan titran adalah NaOH (Natrium hidroksida). Diperlakukan hal yang
sama seperti titrasi H2C2O4 (Asam oksalat)
dengan NaOH (natrium hidroksida) sebelumnya. Diperoleh data sebagai berikut :
titrasi pertama diperoleh volume awal 7,6 mL , volume akhir 17,3 dan diperoleh
volume pemakaian yaitu sebanyak 9,7 mL. Pada titrasi ke 2 (dua) volume akhir
didapat 27,1 mL maka didapat selisih volume akhir kedua dikurang volume akhir
titrasi pertama sehingga diperoleh volume pemakaian sebanyak 9,8 mL sedangkan
pada titrasi 3(tiga) diperoleh volume akhir 36,9 mL sehingga volume pemakain
yang didapat adalah 8,8 mL. Dengan rumus menggunakan perhitungan V1N1=V2N2
dengan V1 adalah 10mL HCl (Asam klorida) dan N2 adalah
nilai normalitas NaOH bernilai 0,2439 N dan V2 adalah volume pemakaian NaOH
pada percobaan tadi dan N1 adalah nilai normalitas HCl yang dicari. N1
yang diperoleh setelah perhitungan adalah 0,2366 N , 0,2390 N , dan
0,2146 N . maka didapat normalitas rata – rata dari jumlah nilai normalitas
yang ada dibagi 3 (tiga) dan didapat 0,5471 N. Namun percobaaan kali ini masih
dikatakan belum sempurna karena selisih normal titrasi adalah 0,2 mL. Hal ini
mungkin dikarenakan faktor ketelitian manusia yang terbatas dan penambahan
titran yang berlebih.
Dalam
percobaan yang ke 2 (dua) adalah gravimetri tahap yang pertama yaitu
dimasukannya terlebih dahulu crus porselin kosong kedalam oven yang memili suhu
105,3oC selama 10 (sepuluh) menit hal ini dilakukan agar hilangnya
kadar air yang masih terdapat pada crus porselin. Setelah 10 (sepuluh) menit
kemudian diambil menggunakan tang crus yang telah disediakan lalu dimasukan
kedalam eksikator selama 5(lima) menit hal ini bertujuan agar kadar air yang
telah diuapkan oleh oven diabsorpsi oleh silica gel yang terdapat didalam
eksikator. Kemudian segera ditimbang menggunakan neraca analitik karena apabila
dibiarkan lama – lama dalam udara terbuka kadar air yang telah hilang dapat
kembali lagi. Lalu diperoleh berat crus porselin kosong seberat 31,4 g setelah
itu dilakukan penambahan 1,0 g BaCl2. Kemudian ditimbang kembali
pada neraca analitik dan didapat berat crus + BaCl2xH2O
basah seberat 32,4127 g. Kemudian dimasukan kembali ke dalam oven selama 10
(sepuluh) menit untuk dipanaskan dan diambil kembali kedalam eksikator selama
5(lima) menit. Setelah itu dilakukan penimbangan kembali pada neraca analitik dan
diperoleh berat krus + BaCl2 x H2O kering seberat 32,3715
g. dilakukan perhitungan dengan rumus yang tertera pada prosedur. Diperoleh
berat BaCl2 x H2O basah seberat 1,0127 g , Berat BaCl2
x H2O kering seberat 0,0412 g , Massa air (H2O)
seberat 0,0412 g sedangkan tetapan berat molekul (BM) air (H2O) adalah 18 g/mol. Kemudian
diperoleh BM BaCl2 x H2O sebanyak 442,44 g/mol. Kemudian
diselisihkan dengan Ar BaCl2 yang bernilai 208,34 sehingga didapat
BM BaCl2 234,19 g/mol. Jadi molekul air yang didapat adalah BM BaCl2
/ BM H2O dan didapat sebanyak 13,01 molekul air. Molekul air
ini terlalu berlebih karena molekul air yang benar adalah 2,0 molekul air. Hal
ini dikarena faktor suhu yang menurun karena sering terbukanya oven sehingga
menyebabkan penguapan aira yang tidak sempurna adapun hal lain yaitu pada saat
dimasukan kedalam eksikator dikarenakan terjadinya buka tutup maka silica gel
yang mengabsorpsi air tidak dapat sempurna karena adanya kadar air yang masuk
kedalam eksikator dan juga karena terlalu lama proses penimbangan yang
disebabkan karena terlalu lama dibiarkan pada udara terbuka sehingga uap air
masuk kembali.
H.
JAWABAN
PERTANYAAN
Perbedaan analisis kualitatifnya dilihat dari percobaan titrasi asam basa
yaitu perubahaan warna dari bening atau tak berwarna menjadi pink atau merah
ungu sedangkan analisis kualitatif pada gravimetri yaitu perubahan zat yang
menguap dan mengendap.
I.
KESIMPULAN
Terdapat 2 (dua) jenis analisis kuantitatif yaitu volumetri (titrasi asam
basa) dan gravimetri.volumetri yaitu tehnik pengukuran atau jumlah zat melalui perhitungan volume dengan
prinsip netralisasi yang dimaksud pencampuran asam dan basa yang menghasilakan
garam dan air sedangkan gravimetri yaitu tehnik pengukuran suatu kadar dengan
melakukan penimbangan dan prinsipnya penimbangan berat suatu sampel yang
dimaksud dengan mengendapkan atau memisahkan komponen lain dari suatu sampel
J.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Chang ,Raymond
.”Kimia Dasar Konsep-Konsep inti”,
Jilid 1.Erlangga ,2005,Jakarta
2.
Bird,Tony.”Kimia Fisik Untuk Universitas”, Jilid 1,PT
Gramedia,1987,Jakarta
3.
Ashadi,2012.”prinsip
titrasi asam basa”. Ashadisasongko.staff.ipb.ac.id/2012/11/07/ptinsip-titasi-asam-basa
24 November 2012
4.
Zulfikar,2010.”Volumetri”.
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/larutan/pemisahan-kimia-dan-analisis/volumetri.
24 November 2012.
5.
Alexa,2012.”analisis
titrimetri dan gravimetri” .www.anugrahalam.com/?p=430. 24 November 2012.
\
No comments:
Post a Comment