Saturday, October 19, 2013

TEKNIK PEMISAHAN KROMATOGRAFI (PRAKTIKUM KIMIA DASAR)


PERCOBAAN V
TEKNIK PEMISAHAN KROMATOGRAFI


A.      TUJUAN 
Dapat menguasai prinsip dan prosedur pemisahan senyawa kimia dengan tehnik kromatografi.
B.       PRINSIP
Pemisahan fisik komponen zat penyusunnya berdasarkan tingkat kepolaritasan dan percepatan migrasi.
C.      TEORI  DASAR
Kromatografi adalah suatu cara pemisahan dimana komponen-komponen yang akan dipisahkan didistribusikan antara 2 fase, salah satunya yang merupakan fase stasioner (diam), dan yang lainnya berupa fasa mobil (fasa gerak).Fase gerak dialirkan menembus atau sepanjang fase stasioner. Fase diam cenderung menahan komponen campuran, sedangkan fasa gerak cenderung menghanyutkannya. Berdasarkan terikatnya suatu komponen pada fasa diam dan perbedaan kelarutannya dalam fasa gerak, komponen-komponen suatu campuran dapat dipisahkan. komponen yang kurang larut dalam fasa gerak atau yang lebih kuat terserap atau terabsorpsi pada fasa diam akan tertinggal, sedangkan komponen yang lebih larut atau kurang terserap akan bergerak lebih cepat. (Dat 2002)
Terdapat beberapa jenis kromatografi sebagai berikut :
1.    Kromatografi kolom
Kromatografi kolom adalah suatu tehnik pemisahan campuran komponen dimana campuran komponen yang terlarut pada pelarut akan dituang ke dalam adsorbent pada kolom dan dielusi dengan pelarut yang sama atau berbeda. Kromatografi kolom menggunakan sistem “padat-cair” dengan fasa diamnya (adsorben) yang berbentuk solid atau padat dan fase geraknya (eluen) berbentuk cairan (likuid). Kromatografi kolom digunakan untuk keperluan preparative yaitu untuk mengisolasi atau memisahkan suatu komponen tertentu dari campuranya.

2.    Kromatografi kertas
Kromatografi kertas yaitu kertas mengadsorpsi air dari lingkungan sekitar. Air tersedia dilingkungan dalam bentuk kelembaban dan bertindak sebagai salah satu komponen dalam larutan pengelusi (fase gerak). Air juga bertindak sebagai fase diam. Kromatografi kertas menggunakan sistem “ cair – cair” . Kromatografi kertas banyak digunakan untuk keperluan analitis.

3.    Kromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipis yaitu yang bertindak sebagai fase diam adalah suatu adsorbent yang diaplikasikan pada lempeng kromatografi. Adsorben bisa berupa alumina , Al2SO3 , SiO2 , silica gel. Semakin kuat komponen yang ingin dipisahkan diadsorpsi ke dalam fase diam,akan semakin lambat komponen bermigrasi dalam plat KLT. Kromatografi lapis tipis banyak digunakan untuk :
a.         Menetukan jumlah komponen dalam campuran
b.         Menetukan identitas 2 (dua) komponen
c.         Memonitor perkembangan reaksi
d.        Menentukan efektivitas pemurnian
e.         Menentukan kondisi yang sesuai untuk kromatografi kolom
f.          Memonitor kromatografi kolom

Hasil pemisahan dengan teknik kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis dapat dikarakterisasi dengan nilai Rf.
Rf= Jarak yangditempuh spot sampel dari awal / Jarak yang ditempuh pelarut atau fase gerak dari awal.





4.    Kromatografi partisi
Prinsip kromatografi partisi dapat dijelaskan dengan hukum partisi yang dapat diterapkan pada sistem multikomponen yang dibahas di bagian sebelumnya. Dalam kromatografi partisi, ekstraksi terjadi berulang dalam satu kali proses. Dalam percobaan, zat terlarut didistribusikan antara fasa stationer dan fasa mobil. Fasa stationer dalam banyak kasus pelarut diadsorbsi pada adsorben dan fasa mobil adalah molekul pelarut yang mengisi ruang antar partikel yang ter adsorbsi. Contoh khas kromatografi partisi adalah kromatografi kolom yang digunakan luas karena merupakan sangat efisien untuk pemisahan senyawa organik (Gambar 12.3)
Kolomnya (tabung gela) diisi dengan bahan seperti alumina, silika gel atau pati yang dicampur dengan adsorben, dan pastanya diisikan kedalam kolom. Larutan sampel kemudian diisikan kedalam kolom dari atas sehingga sammpel diasorbsi oleh adsorben. Kemudian pelarut (fasa mobil; pembawa) ditambahkan tetes demi tetes dari atas kolom.Partisi zat terlarut berlangsung di pelarut yang turun ke bawah (fasa mobil) dan pelarut yang teradsorbsi oleh adsorben (fasa stationer). Selama perjalanan turun, zat terlarut akan mengalami proses adsorpsi dan partisi berulang-ulang. Laju penurunan berbeda untuk masing-masing zat terlarut dan bergantung pada koefisien partisi masing-masing zat terlarut. Akhirnya, zat terlarut akan terpisahkan membentuk beberapa lapisan.Akhirnya, masing-masing lapisan dielusi dengan pelarut yang cocok untuk memberikan spesimen murninya. Nilai R didefinisikan untuk tiap zat etralrut dengan persamaan berikut. R = (jarak yang ditempuh zat terlarut) / (jarak yang ditempuh pelarut/fasa mobil)


5.    Kromatografi gas
Campuran gas dapat dipisahkan dengan kromatografi gas. Fasa stationer dapat berupa padatan (kromatografi gas-padat) atau cairan (kromatografi gas-cair).Umumnya, untuk kromatografi gas-padat, sejumlah kecil padatan inert misalnya karbon teraktivasi, alumina teraktivasi, silika gel atau saringan molekular diisikan ke dalam tabung logam gulung yang panjang (2-10 m) dan tipis. Fasa mobil adalah gas semacam hidrogen, nitrogen atau argon dan disebut gas pembawa. Pemisahan gas bertitik didih rendah seperti oksigen, karbon monoksida dan karbon dioksida dimungkinkan dengan teknik ini.Dalam kasus kromatografi gas-cair, ester seperti ftalil dodesilsulfat yang diadsorbsi di permukaan alumina teraktivasi, silika gel atau penyaring molekular, digunakan sebagai fasa diam dan diisikan ke dalam kolom. Campuran senyawa yang mudah menguap dicampur dengan gas pembawa disuntikkan ke dalam kolom, dan setiap senyawa akan dipartisi antara fasa gas (mobil) dan fasa cair (diam) mengikuti hukum partisi. Senyawa yang kurang larut dalam fasa diam akan keluar lebih dahulu.Metoda ini khususnya sangat baik untuk analisis senyawa organik yang mudah menguap seperti hidrokarbon dan ester. Analisis minyak mentah dan minyak atsiri dalam buah telah dengan sukses dilakukan dengan teknik ini.Efisiensi pemisahan ditentukan dengan besarnya interaksi antara sampel dan cairannya. Disarankan untuk mencoba fasa cair standar yang diketahui efektif untuk berbagai senyawa. Berdasarkan hasil ini, cairan yang lebih khusus kemudian dapat dipilih. Metoda deteksinya, akan mempengaruhi kesensitifan teknik ini. Metoda yang dipilih akan bergantung apakah tujuannya analisik atau preparatif.

6.    HPLC
untuk pemurnian (misalnya untuk keperluan sintesis) senyawa organik skala besar, HPLC (high precision liquid chromatography atau high performance liquid chromatography) secara ekstensif digunakan. Bi la zat melarut dengan pelarut yang cocok, zat tersebut dapat dianalisis. Ciri teknik ini adalah penggunaan tekanan tinggi untuk mengirim fasa mobil kedalam kolom. Dengan memberikan tekanan tinggi, laju dan efisiensi pemisahan dapat ditingkatkan dengan besar.Silika gel atau oktadesilsilan yang terikat pada silika gel digunakan sebagai fasa stationer. Fasa stationer cair tidak populer. Kolom yang digunakan untuk HPLC lebih pendek daripada kolom yang digunakan untuk kromatografi gas. Sebagian besar kolom lebih pendek dari 1 m. Kromatografi penukar ion menggunakan bahan penukar ion sebagai fasa diam dan telah berhasil digunakan untuk analisis kation, anion dan ion organik.

D.      ALAT DAN BAHAN  
1.    Alat – Alat :
a.    Neraca Analitik
b.    Tabung reaksi
c.    Batang pengaduk
d.   Corong pisah
e.    Kertas whatsman
f.     Pensil
g.    Pipa kapiler
h.    Bejana
i.      Plat KLT
j.      Lampu UV
k.    Kertas kromatografi
l.      Chamber
2.    Bahan :
a.    Pasta tomat
b.    Etanol
c.    Heksan
d.   Eter
e.    Aseton
f.      β - karoten

E.       PROSEDUR
1.    Percobaan pertama kromatografi kertas
Dimasukan kedalam beaker glass eter dan aseton dengan perbandingan 9 mL:1 mL  kemudian dimasukan kertas saring untuk mengetahui senyawa tersebut bereaksi menjadi jenuh. Dibiarkan  senyawa tersebut berdifusi untuk memenuhi ruang sampai jenuh selama beberapa menit dan ditutup dengan rapat menggunakan  alumunium foil. Kemudian

2.    Percobaan kedua gravimetri
Dimasukan kedalam chamber senyawa heksan dan etanol dengan perbandingan 4 mL : 1 mL lalu dimasukan kertas saring untuk mengetahui senyawa tersebut bereaksi menjadi jenuh. ditutup dan biarkan senyawa tersebut berdifusi selama beberapa menit sampai pada titik jenuh. Ambil plat KLT yang sudah tersedia diberi garis batas awal dan akhir pada ujungnya dengan jarak 2(dua) mm dan beri tanda spot nomor “1” dan “2” pada bagian dekat batas awal kemudian diteteskan sampel berupa pasta tomat pada spot nomor “1” sebanyak 2 (dua) tetes dengan menggunakan pipa kapiler dan β karoten sebanya 2 (dua) tetes pada spot nomor “2”. Kemudian dimasukan plat KLT yang telah ditetesi tadi menggunakan sampel pasta tomat dan β - karoten kedalam chamber yang senyawa didalamnya telah menjenuh lalu ditutup kembali. Tunggu hingga terlihat cairan yang naik sampai batas atas.Kemudian keluarkan dan lihat apa yang terjadi, apabila kurang jelas dapat dilihat menggunakan sinar UV dan tentukan nilai Rf.

F.       HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan tehnik pemisahan kromatografi
1.    Kromatografi kertas
No
Jarak garis
Jarak spot
Nilai Rf
1
7,4 cm
3,7 cm
0,5
2
7,4 cm
7,25 cm
0,98
3
7,4 cm
7,1 cm
0,96
4
7,4 cm
7,4 cm
0,95

Nilai Rf = Jarak spot / Jarak garis
Keterangan : Jarak spot adalah jarak yang ditempuh spot sampel dari awal sedangkan jarak garis adalah jarak yang ditempuh pelarut / fase gerak dari awal.
            Fase gerak       : Eter dan aseton
            Fase diam        : H2O (air)

·         Rf1= 0,5

·         Rf2=0,98
·         Rf3=0,96
·         Rf4=0,95

                        Hasil pengamatan tehnik pemisahan kromatografi kertas
Keterangan Gambar
Sebelum senyawa jenuh

Kertas whatsman

Sesudah senyawa jenuh

Setelah pencampuran eter dan aseton terjadi reaksi yang menimbulkan bau tak sedap dan ketika kertas whatsman dimasukan kedalam terjadi  kenaikan warna pada jarak awal menuju jarak akhir.

2.    Kromatografi lapis tipis

Fase gerak : heksan dan etanol
Fase diam : silika gel dan alumunium
Jarak garis        : 6 cm
Jarak spot        : 2 cm
Rf        = 0,33
                                                           
Keterangan Gambar
Plat KLT

Chamber

Pada spot  β karoten tidak dapat dilihat kenaikan warna pada plat KLT sehingga tidak dapat ditentukan.





G.      PEMBAHASAN           
Dalam praktikum tehnik pemisahan atau yang disebut dengan kromatografi yang terdiri dari 2 (dua) percobaan yang terdiri kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis. Pada percobaan kromatografi kertas dilakukan pemotongan kertas whatsman dengan ukuran yang disesuaikan kurang lebih 10cm x 5 cm dengan jarak tiap sampel spot 1 (satu) dan 5 (lima) 2,5 cm dan dan pada spot 2 , 3 dan 4 dengan jarak 1 cm pada spot 1 (satu) dan 5 (lima) dilakukan penetesan sampel β karoten sebanyak 2 (dua) tetes dengan menggunakan pipa kapiler sedangkan pada spot no 2 , 3 dan 4 diteteskan sampel pigmen pasta tomat dengan konsentrasi yang berbeda – beda dimulai dari 2 (dua) – 4 (empat) tetes. dalam hal ini fungsi dari β karoten adalah sebagai tolak ukur atau sebuah acuan untuk memastikan apakah pada sampel pasta tomat terdapat β karoten atau tidak. Dilakukan pencampuran terlebih dahulu eter dan aseton  ke dalam beaker glass dengan perbandingan 9 mL dan 1mL. Kemudian ditutup dengan alumunium foil dengan kertas saring yang disimpan didalam beaker glass hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah pencampuran eter dan aseton yang berdifusi dan sudah menjenuh dan dapat digunakan karena kertas saring yang didalam beaker glass menjadi basah. Adapun untuk mengetahui kejenuhannya dapat dilihat dari kenaikan suhu yang ditimbulkan dari reaksi pencampuran. Penjenuhan perlu dilakukan dikarenakan agar kenaikan warna merata. Saat pencampuran eter dengan aseton terjadi reaksi gas yang menimbulkan bau kurang sedap. Setelah dimasukan kertas whatman kedalam beaker glass terjadi perubahan pada tiap – tiap spot yang ada yang awalnya berupa tetesan warna kuning kemudian menjadi naik seperti garis warna kuning namun tidak semua spot warna naik  dikarenakan adanya senyawa yang polar dan non polar. Pada kromatografi kertas ini terdiri dari fase geraknya yaitu eter dan aseton yang besifat non polar sedangkan fase diam nya adalah air. Didapat nilai dari jarak yang ditempuh pelarut atau fase gerak dari awal 7,4 cm serta jarak yang ditempuh tiap spot sampel dari awal adalah 3,7 cm ; 7,25 cm ; 7,1cm ; 7 cm pada spot 1 (satu) sampai 4 (empat) sedangkan pada spot no 5 (lima) tidak dapat ditentukan karena tidak dapat dilihat secara jelas hal ini disebabkan karena kondisi penjenuhan eter dengan aseton yang belum berdifusi secara maksimal dan tidak merata didapat nilai Rf sebagai berikut 0,5 ; 0,98 ; 0,96 ;0,95. Berbeda dengan percobaan pada kromatografi lapis tipis. Kromatografi ini tidak menggunakan kertas whatman tetapi menggunakan plat KLT. Plat ini terbuat dari sillica gel yang dipadatkan dibagian depan dan dibagian belakangnya terbuat dari alumunium foil. Plat KLT ini berfungsi sebagai fase diam dalam percobaan tehnik kromatografi lapis tipis ini pada bagian depan pada ujung bagian atas dan bawah di beri jarak 0,5 cm dan diberi spot tanda contohnya  no “1” dan “2” dan pada bagian no 1 (satu) diberi pasta tomat sebanyak  2 (dua) tetes menggunakan pipa kapiler sedangkan pada bagian spot lainya diberi β karoten sebanyak 2(dua) tetes. β karoten pada hal ini sebagai pembanding apakah pasta tomat memiliki senyawa β karoten. Pada bagian lainnya dilakukan pencampuran heksan dan etanol dengan perbandingan  4 mL : 1 mL kedalam chamber dan dibiarkan menjenuh pada keadaan tertutup rapat penjenuhan dapat dikatakan jenuh apabila sudah terjadi kenaikan suhu atau terjadi penyerapan air pada kertas saring yang dimasukan kedalam chamber namun tidak menempel pada campuran senyawa lainya. Setelah dirasa jenuh kemudian dimasukan plat KLT yang telah ditetesi dengan pasta tomat dan β karoten yang ditempatkan pada spot no 1 (satu) dan 2 (dua). Pada spot no 1 (satu) yang diberi pasta tomat terjadi kenaikan warna sedangkan pada spot no 2 (dua) tidak terjadi kenaikan warna hal ini disebabkan karena faktor kesalahan pada saat penetesan β karoten yang belum sesuai karena β karoten mengering sebelum penetesan pada plat KLT. Sehingga saat dimasukan kedalam chamber yang berisi campuran heksan dan etanol tidak terjadi kenaikan warna.Kemudian didapat nilai dari jarak yang ditempuh pelarut atau fase gerak dari awal 6 cm serta jarak yang ditempuh tiap spot sampel no 1 dari awal adalah 2 cm sehingga diperoleh nilai Rf sebesar 0,3 pada spot sampel no “2” tidak dapat dilihat dengan baik oleh kasat mata maupun dengan sinar UV seperti apa yang telah dijelaskan diatas.







H.      JAWABAN PERTANYAAN
1.    Kromatografi
2.    Likopen atau disebut β karoten suatu karotenoid pigmen merah terang.

3.    Pembuatan lapis tipis dengan cara penyemprotan atau pencelupan lalu plat yang telah dilapisi kemudian dipanaskan dengan jalan memanaskan pada suhu 100oC.
I.         KESIMPULAN
Terdapat beberapa jenis teknik pemisahan kromatografi yaitu sebagai berikut : kromatografi kolom , kromatografi kertas , kromatografi lapis tipis , kromatografi partisi , kromatografi gas , (HPLC) kromatografi cair setiap kromatografi memiliki prinsip yang berdasarkan  kepolaritasan suatu  senyawa dan percepatan migrasi senyawa non polar.








J.        DAFTAR PUSTAKA
1.    Chang ,Raymond .”Kimia Dasar Konsep-Konsep inti”, Jilid 2.Erlangga ,2005,Jakarta
2.    Rizkia,2008.”Kromatografi”. http://rizkiak08.student.ipb.ac.id/2010/06/18/kromatografi/.07 Desember 2012
3.    Meggy Yulia,2009.”Prinsip keterabsorpsian”. http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/Meggy%20Yulia%20A%20060221/prinsip_perbedaan_keterabsorpsian.html. 07 Desember 2012.
4.    Yoshito Takeuchi,2009.”kromatografi” . http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_dasar/pemurnian-material/kromatografi/. 07 Desember 2012.
5.    S Hamdani,2011. “Likopen” http://catatankimia.com/catatan/likopen.html. 09 Desember 2012









No comments: